COMPANY PROFILE
Pacific Paint traces its origins to a tiny established in 1943 by Mr. S. Suriawinata in
Over the years, the business grew slowly. Somewhat more sophisticated locally – made equipment was added and the Company’s paints began to be sold beyond the borders of the City.
By 1970, manufacturing operations become far more sophisticated and efficient. High – speed machines were added to the production line. The Company also established its own can – manufacturing operation, complete with electronic welding capabilities, and its own lithographic metal – printing facility.
The company – now known as Pacific Paint – employed chemists and lab technicians to monitor quality and ensure product consistency. Local and overseas experts in such areas as production, quality assurance, finance and accounting have been instrumental in bringing Pacific Paint to a position of leadership in a highly competitive market.
Established in 1943, pacific paint has become a leading paints and protective coatings, in term of both the range and quality of the products it offers.
Decorative paints have been the most important end-user sector and demand has grown steadily most recent years.
Pacific paint operates industrial activities, industrial finishes and automotive coatings is, however growing in line with increasing industrialization in
Pacific paint has enlarged its production capacity and installed state-of art production equipment. Today, production activities are centered in a modern factory in north
To beautify and protect your asset
To transfer paint scientific advances to practical application and to contribute values with the use of products to our society.
Jl. Industri No. 1 Laks R.E. Martadinata
(Volker)
Tanjung Priuk, Jakarta Utara 14310
Telp. (021) 437 3848 (15 lines hunting)
Fax. (021) 435 5954, 435 6726
Email: marketing@pacificpaint.com
VISITING
Narasumber : Fifie Lonita - Purchasing Manager PT Pacific Paint
Hari/tanggal : Kamis, 14 Mei 2009
Waktu : 14.30 – 16.00
Alamat/lokasi : Jl. Industri No. 1 Laks R.E. Martadinata
PT. Pacific Paint yang tergolong dalam perusahaan yang berskala besar, tentu saja memiliki jumlah karyawan yang relatif sangat banyak, mulai dari direktur sampai kepada pekerja seperti buruh dan cleaning service. Struktur organisasi yang diterapkan dalam PT Pacific Paint tentu saja harus sesuai dan teratur, sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi.
Tetapi, keadaan perusahaan sekarang ini ternyata sedikit menyimpang dari keadaan yang seharusnya terjadi. Struktur organisasi yang disusun berdasarkan hirarkti jabatan seseorang tidak bisa mewakili chain of command yang terdapat di perusahaan Pacific Paint. Keadaan tersebut disebabkan oleh President Director dari PT Pacific Paint yang membuat struktur organisasi yang tidak tegas, sehingga membuat keadaan dimana manager – manager bertanggung jawab sendiri atas hasil yang dicapai, tidak kepada Board of Directors.
Sebagai contoh, purchasing Manager PT Pacific Paint, Fifie Lonita, memiliki tugas untuk mengatur proses pembelian bahan baku atau raw material yang digunakan untuk proses produksi perusahaan. Karena itu, tugas beliau antara lain adalah membuat keputusan – keputusan tentang banyaknya bahan baku yang harus di beli, negosiasi dengan para supplier untuk mendapatkan harga, kuantitas dan kualitas terbaik, dan lain sebagainya. Hasil dari keputusan tersebut seharusnya dilaporkan kepada Board of Directors, sampai kepada President Directors. Tetapi, hal ini hampir tidak pernah terjadi. Pertanggung jawaban sering hanya diterima oleh Surianto, selaku Direktur.
Menurut struktur organisasi yang digambarkan diatas, terdapat garis putus – putus dari Board of Directors hingga kepada staff, yang menunjukkan bahwa pertama, manager dari setiap bagian bertanggung jawab sendiri atas segala keputusan dan tindakan yang diambil dan dihasilkan. Kedua, board of directors memiliki kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah langsung kepada staff atau supervisor tanpa melewati Manager. Struktur organisasi tersebut dibuat oleh Jahja Suriawinata selaku President Directors, terlihatlah bahwa inti permasalahan dari konflik di atas adalah tindakan dari President Directors selaku anak dari bapak Suriawinata, pendiri PT Pacific Paint.
Kesimpulan
Dari keadaan diatas kita dapat melihat bahwa konflik tersebut merupakan organisational conflict, dimana struktur organisasi yang terdapat di PT Pacific Paint tidak menegaskan chain of command dan hierarki yang jelas. Board of Directors tidak mempertanggung-jawabkan bagian – bagian di bawah mereka. Board of Directors juga memiliki kewenangan untuk memberikan perintah kepada staff tanpa melewati manager yang merupakan atasan yang sah dan seharusnya menyampaikan perintah tersebut, sehingga bisa terjadi penyimpangan dalam penyampaian dan pelaksanaan perintah.